Konsep Mencapai Doa sebagai Persembahan yang Murni kepada Tuhan menurut St. Ishak dari Niniweh
DOI:
https://doi.org/10.56175/salvation.v3i2.72Keywords:
prayer, silence, guard, presentation, pureAbstract
Abstract: Talking about prayer may not always be interesting in certain circles to be discussed. Because it can be influenced by different paradigms or perceptions about prayer and then cause confusion. Prayers that you may be familiar with are expressing all requests and even giving thanks to God for all the goodness received. Even though the understanding of prayer that might be more specific is about building a relationship with God and fellowship with Him in prayer. There are also those who make prayer a tool to get what they want. And this is a mistake in understanding what prayer is like. The purpose of this writing is to contribute insights to readers, especially to practice true prayer. With the right understanding of prayer, of course the practice of prayer will be even better and not just a formality. This study uses the literary method, namely collecting data and collaborating with the theoretical basis to discuss the topic of discussion. As a result, prayer is a pure offering to be offered to God. Prayers that are done with full concentration in silence and wakefulness can make these prayers purer so that they are worthy of being an offering to God. So that when everyone correctly understands the meaning and purpose of this prayer, there will not be an act of prayer as a mere formality, or the perception that prayer is a spiritual activity to relate to God, but instead have the view that prayer can be a pure offering to God.
Abstrak: Berbicara mengenai doa mungkin tidak selalu menarik dalam beberapa kalangan tertentu untuk dibahas. Karena dapat saja dipengaruhi karena paradigma atau persepsi tentang doa yang berbeda-beda dan kemudian menimbulkan kebingungan. Doa yang mungkin familiar dikenal adalah mengutarakan segala permohonan bahkan mengucap syukur kepada Tuhan terhadap segala kebaikan yang diterima. Padahal pemahaman tentang doa yang mungkin lebih spesifik yakni tentang membangun relasi dengan Tuhan serta bersekutu dengan-Nya dalam doa. Ada juga yang menjadikan doa sebagai alat untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Dan ini merupakan kekeliruan dalam memahami doa itu seperti apa. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan sumbangsih wawasan bagi para pembaca, terutama untuk mempraktikkan doa yang benar. Dengan pemahaman yang benar tentang doa, tentunya praktik doa akan semakin lebih baik dan tidak hanya sekadar formalitas. Penelitian ini menggunakan metode Literatur, yakni mengumpulkan data dan melakukan kolaborasi dengan landasan teori untuk membahas topik bahasan. Alhasil, doa merupakan persembahan yang murni untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Doa yang dilakukan dengan penuh kosentrasi dalam keheningan serta keterjagaan dapat menjadikan doa tersebut semakin murni hingga layak menjadi persembahan kepada Tuhan. Sehingga ketika setiap orang memahami dengan benar makna dan tujuan doa ini, maka tidak akan terjadi tindakan doa sekadar formalitas, atau persepsi bahwa doa merupakan kegiatan rohani untuk berhubungan dengan Tuhan, melainkan memiliki pandangan bahwa doa dapat menjadi persembahan yang murni kepada Tuhan.
Downloads
References
Anthony M. Coniaris. Philokalia The Bible of Orthodox Spirituality. Minneapolis: Light & Life Publishing Company, 1998.
Brooks, Sebastian. The Church Fathers on Prayer and the Spiritual Life. Kalamazoo, Michigan: Cistercian Publications, 1987.
Charles Femmy Marunduri. “Teologi Doa Martin Luther.” VERBUM CHRISTI 4, no. 2 (2017).
Christian Sulistio. “Peran Roh Kudus Di Dalam Doa Menurut John Calvin.” Veritas 2, no. 2 (2001).
Eka Darmaputera. Hidup Yang Bermakna. Jakarta: Gunung Mulia, 2009.
Erikson Millard J. Teologi Kristen 1. 2nd ed. Malang: Gandum Mas, 2004.
Hendi. Formasi Rohani Fondasi, Purifikasi, Dan Deifikasi,. Yogyakarta: Leutikaprio, 2018.
———. Inspirasi Kalbu 3. Yogyakarta: Leutikaprio, 2019.
———. “Nepsis in the Philokalia.” Antlantis Press 414, no. Iceshe 2019 (2020).
———. “Pemikiran Bapa-Bapa Philokalia Tentang Hesychasm: Pembaruan Batin Menuju Kesempurnaan Seperti Kristus.” Teologi Berita Hidup 4, no. 2 (2022).
Kartiningrum, Eka Diah. “Panduan Penyusunan Studi Literatur.” Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan Majapahit. Mojokerto, 2015.
Manalu, Goklas J. “Makna Ibadah Kontemplatif Liturgi Yohannes Chrysostomos Bagi Sikap Spiritualitas Jemaat Gereja Orthodox Agios Demetrios Medan.” Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan 7, no. 3 (2020).
O. Hallesby. Doa: Cara Memperdalam Dan Memperkaya Kehidupan Doa Anda. 9th ed. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Sony Kristiantoro. “Spiritualitas Doa Kontemplatif: Lebih Banyak Diseminarkan Daripada Dipraktikkan, (Belajar Dari Praktik Spiritualitas Doa Kontemplatif Model Taize Di Gereja Kristen Indonesia Soka Salatiga).” Veritas Lux Mea 2, no. 2 (2020).
Sutoyo, Daniel. “Tinjauan Teologis Terhadap Wacana Penerapan Hukuman Mati Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia.” DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani 3, no. 2 (2019): 171.
Timothy Keller. Doa: Mengalami Kekaguman Dan Keintiman Bersama Allah. 2nd ed. Surabaya: Perkantas, 2017.
Tippit Sammy. Kemenangan Doa: The Prayer Factor. Batam Centre: Interaksa, 2000.
Trevor Loranto Watulingas. “Kekuatan Doa Dalam Pertumbuhan Rohani Jemaat Menurut Kitab Kisah Para Rasul.” e-Journal: Pendidikan dan Teologi Kristen 2, no. 1 (2022).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Cange Esra Runisi Gulo

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.